Petugas SPBU di kawasan kota Tangerang menyiapkan alat peraga berisi petunjuk harga BBM jika dinaikkan, di Tangerang, Banten.
Pemerintah mencatat, pada April ini, subsidi bahan bakar sudah 
membengkak. Sebab, BBM yang seharusnya sudah Rp10.000 per liter terpaksa
 masih dijual Rp4.500.
Akibatnya, subsidi pun membengkak tajam dan membuat APBN tak sehat 
yang bisa mengganggu stabilitas pertumbuhan dan ketahanan ekonomi 
nasional. 
Namun, pemerintah akhirnya menunda pemberlakukan harga BBM 
bersubsidi baru karena ingin memastikan bahwa rakyat miskin atau kelas 
menengah bawah tidak akan terkena dampak kenaikan harga BBM.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sambutan pembukaan 
acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di 
Jakarta, Selasa 30 April 2013, menyatakan kenaikan harga BBM bersubsidi 
akan diberlakukan pemerintah bila anggaran dana kompensasi untuk 
memberikan perlindungan kepada masyarakat miskin sudah tersedia dan 
disetujui parlemen.
Untuk itu, pemerintah akan memastikan bahwa perhitungan mengenai 
bantuan kepada masyarakat ini tepat dan sesuai dengan laju inflasi 
sebagai dampak kebijakan menaikkan harga BBM.
Dengan demikian, keputusan kenaikan harga BBM bersubsidi ini 
menunggu dana kompensasi perlindungan sosial bagi masyarakat menengah 
bawah siap. Pemerintah berencana mengajukan rancangan Anggaran 
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 dalam waktu dekat 
untuk meminta persetujuan mengenai dana kompensasi kenaikan harga BBM 
itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat.  Pemerintah, kata Presiden, berharap
 agar pembahasan APBN-P tersebut lancar dan dapat rampung pada bulan 
depan atau Mei 2013.
Bentuk Kompensasi
Lantas, apa bentuk bantuan atau kompensasi tersebut?
Bentuknya, menurut Presiden, pemberian Bantuan Langsung Sementara 
Masyarakat (BLSM),  penambahan raskin, perluasan cakupan Program 
Keluarga Harapan (PKH) dan  Bantuan Siswa Miskin (BSM untuk masayarakat 
miskin dalam bentuk tunai. 
Sedangkan bentuk kelima dan keenam, tambah SBY, diharapkan ada 
bantuan-bantuan lain di pusat maupun daerah, seperti di waktu lalu ada 
gerakan kesetiakawanan sosial dan pelaksanaan pasar murah.
SBY mengakui bahwa sejak Senin malam, beredar kabar dan berita 
bahwa dirinya akan mengumumkan kenaikan harga BBM. Namun, ia menegaskan 
bahwa harga dinaikkan bila dana kompensasi sudah siap. Sebab, begitu 
ada, dialirkan agar tidak terjadi gap. "Jadi, waktu (kenaikan harga BBM)
 itu tergantung dana kompensasi siap," jelasnya.
Pengalaman buruk pada waktu pemerintah menaikkan harga BBM 
bersubsidi pada 2005 lalu, juga menjadi alasan kenapa pemerintah 
mendahulukan kejelasan akan kompensasi kepada masyarakat miskin sebelum 
menaikkan harga BBM.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan 
bahwa pada delapan tahun lalu, pemerintah menaikkan harga BBM dan 
menyebabkan angka kemiskinan di Indonesia meningkat dari 15 persen 
menjadi 17 persen.
Peningkatan harga BBM juga menyebabkan laju inflasi meningkat. 
Berbagai harga komoditas barang pokok melambung tinggi. Kondisi itu 
menunjukkan kebijakan kenaikan harga BBM memberikan dampak yang luar 
biasa bagi masyarakat miskin. "Jadi, pengalaman-pengalaman itu harus 
menjadi pelajaran," ujar Hatta, juga di sela acara Musrenbangnas.
Sebelumnya Hatta menjelaskan bahwa  diperkirakan terdapat sekitar 
30 persen dari total masyarakat Indonesia  yang akan terkena dampak 
kenaikan BBM bersubsidi. Mereka yang akan diberi kompensasi. "Ada 
sekitar 18,5 juta kepala keluarga atau sekitar 30 persen masyarakat kita
 yang terdampak."
Saat ditanya kenapa opsi kenaikan BBM subsidi yang semula 
menggunakan dua harga menjadi satu harga, Hatta menjelaskan, Kementerian
 Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan tidak sanggup menerapkan 
kenaikan sistem dua harga BBM bersubsidi.
Selain infrastrukturnya yang belum memadai, potensi terjadinya 
kebocoran masih besar. "Dilaporkan Menteri ESDM sulit dilakukan, bahkan 
mungkin terjadi chaos," tuturnya.
Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri, memastikan bahwa penghematan 
yang dihasilkan dari kenaikan harga BBM bersubsidi, khususnya untuk 
jenis Premium akan dialokasikan untuk program kesejahteraan masyarakat.
Presiden, kata diam  telah memaparkan ada empat program kompensasi 
yang sedang disiapkan pemerintah. Antara lain, pemberian Bantuan 
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), penambahan raskin, perluasan 
cakupan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Dari keempat kompensasi tersebut, Salim mengatakan yang belum pasti
 diberikan adalah BLSM. "Kalau penghematannya banyak dapat nanti. Itu 
kan masih wacana, belum definitif. Yang definitif itu tiga tadi," 
ujarnya pada kesempatan sama di Musrembangnas.
Pemerintah saat ini sedang menghitung berapa penghematan yang akan 
dihasilkan dari kenaikan harga BBM. "Kalau dinaikan Rp6.500, seingat 
saya itu sekitar Rp21 triliun. Kalau sampai Rp7.000, sekitar Rp30 
triliun. Itulah nanti yang akan dibagi," tambahnya.
Salim memaparkan, untuk program BSM sekitar 12 juta orang siswa 
dari keluarga sangat miskin akan mendapatkan kompensasi  dari kebijakan 
tersebut. "Itu sekitar 2,4 juta rumah tangga sangat miskin, satu 
keluarga dua siswa itu saja sudah 4,8 juta siswa. Di samping ada yang di
 Kemendikbud dan Kemenag," tambahnya.
Sedangkan untuk penambahan raskin, minimal tiga bulan penambahan 
penyalurannya pada tahun ini. Kemudian, lanjutnya, adalah Program 
Keluarga Harapan. Program itu sebenarnya BLT (bantuan langsung tunai) 
bersyarat dan sudah enam tahun disalurkan pemerintah.
"Tapi bersyarat (conditional cash transfer), karena untuk 
orang-orang miskin, mereka dapat Rp100 ribu sekian per bulan, atau  
Rp1,4 juta per tahun. Ini akan dinaikkan menjadi Rp1,5 juta hingga Rp1,8
 juta per tahun," tuturnya.
Hak Rakyat
Cara yang ditempuh pemerintah tersebut mendapat kritikan tajam dari
 Ekonom Institute Of Development For Economic And Finance (Indef), Eni  
Sri Hartati.
Cara  pemerintah saat ini, dengan memberikan kompensasi kepada 
masyarakat  miskin dengan meningkatkan raskin dan beasiswa, hanya 
menguntungkan  pemerintah yang sedang berkuasa saat ini. "Kebijakan ini 
menguntungkan  presiden. Kompensasi untuk masyarakat miskin akan 
menguntungkan secara  politik menjelang 2014," katanya.
Namun, menurut Ketua Umum Partai Golkar,  Aburizal Bakrie,  jika 
pemerintah benar-benar akan menaikkan  harga bahan bakar minyak, 
pemberian kompensasi kepada masyarakat miskin merupakan keharusan.
Kompensasi tersebut, lanjut dia, merupakan salah satu upaya pemerintah meringankan beban rakyat atas kenaikan harga BBM yang biasanya selalu diikuti kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. “Itu hak rakyat dan harus dikembalikan kepada rakyat.”
Kompensasi tersebut, lanjut dia, merupakan salah satu upaya pemerintah meringankan beban rakyat atas kenaikan harga BBM yang biasanya selalu diikuti kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. “Itu hak rakyat dan harus dikembalikan kepada rakyat.”


 
 
 
 
 
 
 


0 comments:
Post a Comment