Kifosis merupakan salah satu kelainan yang terjadi pada tulang belakang manusia. Pembungkukan ini ditandai dengan penurunan tinggi badan karena bentuk bentuk tidak normal, yakni melengkung ke belakang lebih dari 50 derajat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fonterra Brands Indonesia, sembilan dari 10 atau sekitar 86 persen wanita khawatir pada risiko kifosis di kemudian hari. Hal ini karena kifosis dapat menyebabkan beberapa masalah. Selain postur tubuh membungkuk, kifosis juga dapat menyebabkan rasa sakit serta memengaruhi kualitas hidup.
Secara umum, kifosis dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut:
1. Kifosis Postural
1. Kifosis Postural
Merupakan jenis paling
umum dan banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Gejala terlihat
saat memasuki usia remaja. Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang
buruk dan melemahnya otot-otot ligamen bagian belakang.
Tulang belakang biasa berbentuk normal pada kifosis ini. Hanya saja penderita memiliki gejala nyeri dan melemahnya otot bagian belakang. Namun mereka yang mengalami kifosis postural dapat kembali lurus. Sebab, kifosis ini terjadi karena postur tubuh semata bukan akibat pembengkokan tulang.
Kifosis postural biasa dapat diobati dengan terapi fisik untuk membantu memperkuat otot pinggang dan memperbaiki postur. Obat anti inflamasi juga dapat membantu mengurangi gejala.
2. Kifosis Scheuermann
Tulang belakang biasa berbentuk normal pada kifosis ini. Hanya saja penderita memiliki gejala nyeri dan melemahnya otot bagian belakang. Namun mereka yang mengalami kifosis postural dapat kembali lurus. Sebab, kifosis ini terjadi karena postur tubuh semata bukan akibat pembengkokan tulang.
Kifosis postural biasa dapat diobati dengan terapi fisik untuk membantu memperkuat otot pinggang dan memperbaiki postur. Obat anti inflamasi juga dapat membantu mengurangi gejala.
2. Kifosis Scheuermann
Ini merupakan hasil dari
kelainan struktural tulang belakang. Jenis kifosis ini dapat berkembang
menjadi skoliosis--kelengkungan tulang belakang abnormal ke arah
samping-- walau penyebabnya belum diketahui, jenis kifosis ini bukan
hanya dapat menyerang tulang belakang, tapi juga bagian leher, dada,
maupun pinggang.
Akan tetapi kifosis ini dapat diatasi dengan kombinasi latihan dan terapi fisik dan mengobatan nyeri pinggang serta anti inflamasi. Kalau kifosis terus berkembang, dapat menggunakan penyangga tulang.
3. Kifosis Bawaan
Akan tetapi kifosis ini dapat diatasi dengan kombinasi latihan dan terapi fisik dan mengobatan nyeri pinggang serta anti inflamasi. Kalau kifosis terus berkembang, dapat menggunakan penyangga tulang.
3. Kifosis Bawaan
Ini adalah jenis kifosis
yang paling jarang terjadi. Kifosis ini disebabkan ketika terjadi
pertumbuhan tulang belakang yang abnormal sebelum dilahirkan. Hal ini
terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan.
Oleh karena itu untuk ketika masih dalam kandungan, ada baiknya kalau para wanita mengonsumsi asupan terbaik untuk janin. Akan tetapi ketika anak telah lahir dengan kondisi abnormal, kifosis diatasi dengan pembedahan sedini mungkin. Ini untuk membantu mencegah kondisi tambah parrah.
4. Kifosis Akibat Osteoporosis
Oleh karena itu untuk ketika masih dalam kandungan, ada baiknya kalau para wanita mengonsumsi asupan terbaik untuk janin. Akan tetapi ketika anak telah lahir dengan kondisi abnormal, kifosis diatasi dengan pembedahan sedini mungkin. Ini untuk membantu mencegah kondisi tambah parrah.
4. Kifosis Akibat Osteoporosis
Ini penyebab kifosis yang
paling umum terjadi pada orang dewasa, dan banyak terjadi pada wanita
dibanding pria. Kerapuhan atau pengeroposan tulang menjadi biang
keladinya, terutama wanita pada pasca menopause. Ketika hal ini terjadi
pada usia tua maka kifosis tak akan kembali lurus.
Namun Anda dapat mencegah terjadi pembungkukan di kemudian hari, dengan berolahraga. "Berlatih beban dan latihan yang menghentak-hentak. Karena tulang harus dapatkan tekanan dan tarikan ke atas. Untuk itu Anda harus bergerak aktif," kata dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR.
Namun Anda dapat mencegah terjadi pembungkukan di kemudian hari, dengan berolahraga. "Berlatih beban dan latihan yang menghentak-hentak. Karena tulang harus dapatkan tekanan dan tarikan ke atas. Untuk itu Anda harus bergerak aktif," kata dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR.
0 comments:
Post a Comment