Anak kedua almarhum Michael Jackson, Paris Jackson mendadak menjadi perbincangan publik dunia. Paris dilarikan ke rumah sakit karena melakukan percobaan bunuh diri pada Rabu, 5 Juni lalu. Paris memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.
Paris mulai bersikap aneh, ketika ia dilarang menonton konser
Marilyn Manson pada Selasa malam. Ia dikabarkan menjadi uring-uringan.
Dan entah apa yang terjadi, Paris yang berada dalam kamarnya
mengkonsumsi 20 butir pil Motrin. Setelah itu, ia menyayat tangannya
dengan pisau dapur.
Dia sepertinya serius ingin menyudahi hidupnya secara singkat.
Sebelum melakukan aksinya, Paris sempat membuat catatan kematian.
Namun, tiba-tiba ia terdengar tangisan dan teriakan minta tolong
dari Paris. Teriakan itulah yang menyadari orang-orang di rumahnya dan
menyelamatkan hidup remaja ini.
"Ketika kami tiba, paramedis sedang memberikan perawatan kepada
Paris. Memberikan pengobatan kemudian membawa Paris ke rumah sakit,"
kata juru bicara kepolisian Los Angeles, Steve Whitmore kepada US Weekly.
Paris dikabarkan sangat menyesali perbuatannya. "Saya tahu Paris
panik dengan apa yang ia lakukan. Ketika dia menangis meminta tolong,
itu yang menyelamatkan nyawanya," ujar sumber lagi.
Paris dikabarkan jiwanya terguncang. Sejak ditinggal ayahnya tahun
2009 lalu, kondisi kejiwaan Paris belum sepenuhnya pulih dari
kesedihan.
"Sangat sulit melangkah kembali ke dunia (setelah ayahnya
meninggal)," ujar sumber. Ia mengalami depresi berat karena kematian
ayahnya. "Ia tidak bisa tidur akhir-akhir ini. Sering begadang
semalaman," tambah sumber lagi.
Melalui pengacaranya, ibunda Michael, Katherine Jackson, menyatakan
dari luar remaja berusia 15 tahun itu, memang terlihat baik-baik saja.
"Remaja seusia ini sangat sensitif. Ini sangat berat ketika kamu
kehilangan orang yang sangat berarti," tambah pengacara yang enggan
disebutkan namanya tersebut.
Sebelum melakukan upaya bunuh diri, Paris rajin membuat tweet bernada sedih di situs jejaring sosial. "Mencoba bertanya-tanya, mengapa air mata itu asin?," tulisnya di twitter.
0 comments:
Post a Comment