Penelitian terbaru yang dilakukan terhadap tujuh juta penerbangan menunjukkan, kemungkinan terjadinya darurat medis di pesawat adalah 604:1. Sementara kemungkinan seseorang meninggal selama penerbangan adalah sekitar 240.000:1.
“Kami menemukan bahwa 
sangat jarang seseorang meninggal di dalam pesawat,” ujar Dr Christian 
Martin-Gill dari University of Pittsburgh School of Medicine seperti 
dilansir kantor berita Reuters.
Penelitian dilakukan 
dengan meninjau catatan seluruh panggilan ke pusat komunikasi medis di 
AS, dari lima maskapai domestik dan internasional yang merepresentasikan
 sekitar 10 persen volume penerbangan
 penumpang global sejak 1 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010. Untuk 
diketahui pusat komunikasi tersebut menyediakan konsultasi medis dengan 
menggunakan telepon satelit atau radio.
Menurut Martin-Gill, 
penelitian bertujuan menyediakan rekomendasi kepada penyedia layanan 
kesehatan yang kadang dipanggil untuk membantu mengatasi keadaan darurat
 dalam penerbangan. Dalam penelitian yang diterbitkan New England Journal of Medicine tersebut, terungkap pula kondisi darurat medis yang paling sering terjadi di atas pesawat.
Urutan pertama adalah 
pingsan dengan angka sekitar 37,4 persen. Kemudian disusul dengan 
masalah pernapasan sebesar 12,1 persen serta mual dan muntah 9,5 
persen.  Setelah itu masalah jantung sekitar 7,7 persen dan kejang 5,8 
persen.
"Darurat paling umum adalah pingsan atau perasaan seperti Anda akan pingsan,” ucap Martin-Gill.
Ia menuturkan, kondisi 
ini umumnya disebabkan karena penumpang mengalami dehidrasi. Dalam 
banyak kasus, gejala pingsan akan meningkat dengan sendirinya dalam 
kurun waktu 15-20 menit. Untuk mengatasinya, penumpang diberikan cairan 
lewat urat nadi atau mulut ketika mereka mulai sadar.


 
 
 
 
 
 
 


0 comments:
Post a Comment