Umumnya viagra digunakan para pria sebagai jalan pintas mengatasi masalah disfungsi seksual. Namun, sebentar lagi, para wanita juga dapat mengkonsumsi viagra atau pil biru ini.
Adalah perusahaan asal Belanda, Emotional Brain, yang akan
menciptakan viagra khusus wanita ini. Obat yang lebih kecil dari aspirin
ini hadir bentuk pil yang dinamakan lybrido. Diklaim dapat membangkitkan gairah dan meningkatkan kemampuan pencapaian orgasme.
Lybrido terbuat dari kombinasi tetosteron dan sildenafil
yang akan bekerja di kedua bagian otak wanita, hingga memunculkan reaksi
peningkatan libido.
Perusahaan tersebut sebelumnya telah melakukan percobaan yang
melibatkan 200 wanita di Amerika Serikat. Obat ini digunakan tiga
setengah jam sebelum bercinta. Hasilnya pun diungkapkan oleh pendiri
perusahaan, Andriaan Tuiten, sangat menjanjikan.
Menurutnya, dengan obat ini para wanita akan bercinta lebih sering
dan lebih mungkin mencapai orgasme. Akan tetapi beberapa respondennya
diakui mengalami efek samping, seperti sakit kepala dan wajah memerah,
sama seperti efek samping yang ditimbulkan dari viagra pria.
"Sekitar 43 persen wanita mengalami dorongan seks yang rendah pada
beberapa titik kehidupan mereka. Dengan obat ini akan meningkatkan
gairah seksual mereka, dari rendah ke tingkat normal," kata Tuiten.
Melansir Daily Mail pakar kesehatan seksual, Dr. Andrew
Goldstein, memperingatkan, kalau perusahaan tersebut akan berada di
bawah tekanan. Pasalnya, mereka harus benar-benar membuktikan khasiat lybrido yang tidak akan membuat wanita menjadi nymphomaniac, kondisi yang menyebabkan seseorang tak mampu menahan hasrat seksualnya.
Namun, Tuiten berencana akan mencoba memasarkan obat ini di Eropa
dan Amerika Serikat akhir tahun 2016. Menurutnya obat ini akan laku
terjual dalam waktu tiga tahun. Ini karena obat tersebut sengaja
diciptakan bagi mereka yang telah menikah lama dan merasa bosan dengan
aktifitas seksual (bercinta).
Di samping itu satu hal yang harus diketahui, bahwa penurunan
gairah pada wanita disebabkan karena faktor psikologis. Hal inilah yang
membuat beberapa obat sebelumnya (yang telah diciptakan) mengalami
kegagalan.
0 comments:
Post a Comment